ENGINEERING VS SCIENCE


Engineering vs Science

Saya sering ditanya oleh teman-teman maupun adik-adik kelas saya yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka bertanya tentang jurusan teknik dan sains: "Apa bedanya? Bukankah mata pelajaran yang diberikan sama ? "Jawabannya adalah "Tidak". Teknik tentu tidak sama dengan ilmu sains dan pasti pelajaran yang diberikan pun berbeda. Dosen saya pernah mengatakan kepada saya, it's totally wrong to say engineering is natural science.



Ok, sekarang tibalah bagian yang sulit: menganalisis dan menjelaskan mengapa teknik dan ilmu sains tidak sama. Saya akan menjelaskan hal ini berdasarkan pengalaman saya sendiri jadi maaf jika artikel ini tidak sesuai dengan pengalaman atau pengetahuan kalian. Pertama-tama, kita harus memahami definisi kata "engineer" dan "ilmuwan". Mengutip dari Oxford Dictionary of English:

engineer |ɛndʒɪˈnɪə|
noun
a person who designs, builds, or maintains engines, machines, or structures.

scientist |ˈsʌɪəntɪst|
noun
a person who is studying or has expert knowledge of one or more of the natural or physical sciences.

Ok, kita dapat melihat dengan sangat jelas bahwa ada perbedaan mendasar antara keduanya. Ilmuwan adalah orang yang memiliki "keahlian", dengan "pengetahuan konsep" dan insinyur adalah orang yang "mendesain, membangun dan memelihara".

Untuk lebih mengerti konsep ini, mari kita liha salah satu contoh berikut :

Bayangkan bahwa kita memiliki sebuah perusahaan farmasi yang baru-baru ini akan menciptakan salah satu obat ajaib yang dapat menyembuhkan penyakit apapun di dunia. Lalu obat itu dibuat oleh sekelompok ilmuwan di laboratorium Penelitian dan Pengembangan. Semuanya dilakukan dalam skala kecil, dengan banyak percobaan-percobaan dan errors. Para pakar dan ahli ilmuwan sains menganalisa experiment-experimen tersebut berulang kali lalu dimasukkan ke dalam proses penelitian dan di sana kita melihat para ilmuwan telah berhasil menciptakan beberapa miligram atau bahkan nanogram obat yang tercipta dari semua percobaan yang dilakukan. Setelah obat ini diuji, diverifikasi dan disetujui oleh otoritas publik, obat siap diproduksi secara massal untuk umum.

JAU_MIT-Media-Lab-by-Maki-and-Associates-stage.jpg (1440×650)
 MIT Media Lab, an interdisciplinary research laboratory at the Massachusetts Institute of Technology devoted to projects at the convergence of technologymultimediasciencesart and design

Sekarang untuk memproduksi obat tersebut secara massal, apa yang kita butuhkan adalah suatu pabrik yang dilengkapi dengan alat-alat yang canggih dan besar yang dapat beroperasi 24 jam 7 hari seminggu untuk menghasilkan obat ajaib. Siapa yang akan kita hubungi untuk membangun pabrik itu? Tepat sekali, kita harus menemukan insinyur-insinyur handal yang dapat membangun pabrik tersebut. Para ilmuwan akan memberikan spesifikasi yang detail tentang bagaimana untuk mereproduksi obat ajaib itu kepada para insinyur atau yang lebih sederhananya ilmuwan memberikan resep obat kepada insinyur. Sekarang, kita bisa membayangkan para insinyur sebagai kelompok koki dimana mereka diberi resep dan diperlukan untuk memasak apa yang tertulis dalam resep. Kasusnya sama, hanya yang berbeda adalah para insinyur akan membangun sebuah pabrik yang mampu melakukan setiap operasi tunggal yang diperlukan dalam produksi stirring, heating, cooling, mixing, separating products, packaging dan lain-lain.

BASF COMPANY, the largest chemical company in the world producing Chemicals, plastics, performance chemicals,catalystscoatingscrop technologycrude oil and natural gas exploration and production
Melihat apa yang para ilmuwan dan insinyur telah lakukan di lapagan kerja mereka masing-masing, tentu kita dapat mengatakan bahwa kedua profesi ini tidaklah memiliki pengetahuan yang sama. Hal ini sangat jelas dari contoh di atas bahwa kedua pekerjaan tersebut memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang sangat berbeda misalnya, thinking skills dan labour skills.

Para ilmuwan memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam dan rinci tentang biologi, fisika, kimia dan matematika karena meneliti adalah pekerjaan yang membutuhkan akurasi yang tinggi. Katakan saja obat A biasanya memiliki jumlah yang sangat kecil dari bahan kimia aktif lain (katakanlah kurang dari 5 mg) dan ini bisa sangat fatal jika ada miscalculations dalam dosis. Di sisi lain, insinyur yang bekerja dengan hal-hal yang sama pentingnya seperti the building structure, machinery dan safety. Insinyur membutuhkan pengetahuan yang khusus seperti kemampuan memahami masalah dan memecahkannya. Di satu sisi, yang paling membedakan dari para insinyur dengan ilmuwan adalah tingkat kejelian pada kalkulasi. Ada kalkulasi-kalkulasi tertentu yang dapat ditentukan oleh insinyur tanpa seakurat yang dilkukan oleh para ilmuwan misalnya 1 cm pada 1000 m panjang pipa dapat  diabaikan karena tidak berpengaruh. Oleh karena itu, kedua profesi ini memiliki kemampuan yang berbeda dan mereka harus bekerja sama untuk memaksimalkan kemampuan masing-masing dan menciptakan suatu inovasi.

Ada contoh lain yang ingin saya tunjukkan yaitu kita tahu teknik dan ilmu sains menggabungkan banyak persamaan dan teori. Namun, teknik jarang terfokus pada bagaimana persamaan tersebut berasal. Saya tidak mengatakan bahwa asal-usul suatu persamaan atau rumus itu tidak begitu penting bagi para insinyur. Insinyur masih perlu mengetahui persamaan rumus dasar tetapi lebih tentang bagaimana insinyur dapat memanfaatkannya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Di sisi lain bagi para ilmuwan untuk menggali dan memahami betul permasalahan yang dihadapi. Mereka perlu mengetahui dan memahami sepenuhnya tentang bagaimana persamaan atau rumus tersebut diturunkan dari prinsip-prinsip awal. Hal ini tentu memerlukan aljabar yang rinci dan pembuktian. Maka itulah yang dibutuhkan bagi para ilmuwan untuk menciptakan terobosan-terobosan terbaru. Kita bisa melihat Einstein atau Newton dengan keterampilan mereka masing-masing mereka sangat baik dalam menderivasikan persamaan dari persamaan yang lain dan akhirnya mereka berhasil menemukan teorema relativitas dan newton yang mana diterapkan oleh generasi ke generasi dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, para ilmuwan menciptakan semua rumus dan formula dalam ilmu sains sementara insinyur memanfaatkan semua rumus dan formula untuk memecahkan masalah lebih praktis.

Kesimpulannya, karena dua jurusan ini memiliki sifat yang sangat berbeda, tentu ada beberapa faktor yang kita perlu pertimbangkan sebelum memilih diantara keduanya. Jika kamu adalah orang yang cenderung praktis dan careless tentang rincian dan juga lebih suka bekerja dalam subyek-skala yang besar, mungkin jurusan teknik adalah pilihan tepat buat kamu. Namun, jika kamu adalah orang yang suka detail dan memiliki rasa ingin tahu yang besar pada apa yang terjadi di balik setiap hal (seperti ketika Edison bertanya kepada guru sekolah dasarnya “why does it rain?, maka kamu pantas menjadi seorang ilmuwan.

Tidak ada yang namanya menjadi seorang insinyur itu lebih baik daripada menjadi seorang ilmuwan. Dalam kehidupan nyata, insinyur dan ilmuwan bekerja sebagai sebuah kelompok. Dua pekerjaan yang saling melengkapi satu sama lain. Dunia membutuhkan keduanya untuk terus maju dalam kehidupan modern saat ini.

About author :
Resky Ervaldi Saputra, an undergraduate student majoring chemical engineering in METU





Komentar

  1. Saya seorang praktisi tapi juga senang dengan ditail sebuah permasalahan. Jadi saya bisa jadi engineer juga bisa jadi scientist. Gimana menurut anda?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guide to Studying and Living in Turkey